INFEKSI BAKTERI, APA YANG HARUS DILAKUKAN

Foto Page Detail

Infeksi bakteri adalah kondisi ketika bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh lalu berkembang biak dan menyebabkan reaksi peradangan. Penyakit ini bisa menyerang bagian tubuh mana pun, mulai dari kulit, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, hingga otak.

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang dapat ditemukan di air, tanah, bahkan di dalam tubuh manusia. Bakteri biasanya berkembang biak dengan pembelahan biner. Dalam beberapa kasus, beberapa bakteri dapat membelah dan berkembang biak dengan cepat. Akibatnya, beberapa infeksi hanya memerlukan sejumlah kecil organisme untuk menyebabkan infeksi yang berat.

Bakteri diklasifikasikan menjadi Gram-positif atau Gram-negatif berdasarkan karakteristik dinding selnya yang terlihat menggunakan mikroskop setelah dilakukan pewarnaan Gram (suatu prosedur pewarnaan yang dikembangkan pada tahun 1882 oleh Hans Christian Gram). Bakteri juga dapat diklasifikasikan berdasarkan respon pertumbuhannya dengan ada dan tidaknya oksigen. Bakteri aerob, tumbuh dengan adanya oksigen contohnya Bordetella pertussis yang menyebabkan penyakit batuk rejan. Bakteri anaerob seperti Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus dapat tumbuh tanpa adanya oksigen.

Penyebab dan Cara Penularan

Penyebab terjadinya infeksi bakteri adalah masuknya bakteri kedalam tubuh manusia, baik melalui droplet, makanan/air yang terkontaminasi, kontak langsung maupun tidak langsung. Kebanyakan bakteri tidak berbahaya. Faktanya, kita memiliki banyak bakteri di dalam tubuh dan di kulit kita. Bakteri di usus membantu kita mencerna makanan. Namun, beberapa bakteri ternyata dapat berbahaya karena dapat menyebabkan peradangan, baik ringan, berat hingga kematian.

Beberapa contoh bakteri penyebab infeksi antara lain :

  • Anthraks, yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis
  • Demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus tipe A
  • Tuberkulosis, yang terjadi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis
  • Pneumonia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae atau Mycoplasma pneumoniae
  • Vaginosis bakterialis, yang diakibatkan oleh bakteri anaerob
  • Meningitis, yang terjadi akibat bakteri Streptococcus grup B, Neisseria meningitidis, atau Listeria monocytogenes
  • Gonore, yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
  • Tetanus, yang terjadi akibat bakteri Clostridium tetani
  • Demam Tofoid, yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella Typhii

Ada lima cara utama penularan infeksi bakteri:

  • Kontak langsung : Penularan melalui kontak meliputi kontak langsung kulit-ke-kulit atau selaput lendir-ke-selaput lendir atau penularan bakteri usus fekal-oral. Transfusi produk darah yang terkontaminasi juga menularkan beberapa infeksi bakteri, seperti sifilis.
  • udara (airborne) : beberapa bakteri dapat ditularkan melalui udara, seperti bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyebabkan penyakit TBC
  • Percikan (droplet), : Bakteri yang memiliki ukuran lebih dari 5 μm, dapat ditularkan melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk ataupun bersin. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui udara lebih dari 1 m.
  • Vektor : Arthropoda (nyamuk, kutu) mengambil darah dari inang yang terinfeksi (bisa manusia atau hewan) dan memindahkan patogen ke individu yang tidak terinfeksi. Contoh lain adalah Bakteri Shigella dapat menempel pada kaki lalat dan ditularkan melalui cara ini mengghinggapi makanan.
  • Benda yang terkontaminasi seperti makanan dan air : Infeksi bakteri akibat makanan dan air umumnya berkembang ketika bakteri masuk ke usus melalui mulut. Organisme yang bertahan pada pH rendah lambung dan tersaring oleh lendir usus halus akan menempel pada permukaan sel. Hal tersebut menyebabkan bakteri menyerang sel inang atau melepaskan racun, menyebabkan diare. Infeksi juga dapat disebabkan oleh organisme yang menempel pada kulit (umumnya di tangan) ketika bersentuhan dengan benda yang terkontaminasi, dan kemudian menempel pada selaput lendir ketika kita menyentuh wajah, atau alat kelamin.

Faktor Resiko
Infeksi bakteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terjadinya kondisi ini lebih tinggi pada orang dengan beberapa faktor berikut:

  • Berusia di bawah 2 tahun atau di atas 65 tahun
  • Mengonsumsi kortikosteroid atau obat penekan sistem imun (imunosupresan)
  • Menderita HIV/AIDS
  • Menderita kanker
  • Merokok
  • Memiliki luka terbuka
  • Menderita diabetes
  • Memiliki alat medis yang ditanam atau dipasang dalam tubuh
  • Mengalami malnutrisi
  • Bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk atau padat penduduk
  • Memiliki pasangan seks lebih dari satu atau sering bergonta-ganti pasangan

Gejala

Gejala infeksi bakteri bergantung pada lokasi infeksi dan jenis bakteri yang terlibat. Ada beberapa tanda umum infeksi bakteri, seperti demam, merasa lelah, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, selangkangan atau di tempat lain, sakit kepala, mual atau muntah, diare, luka yang bernanah, dan sebagainya.

Beberapa infeksi yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan penderita mengalami gejala yang berat seperti penurunan kesadaran, dehidrasi berat, disfungsi organ, hingga kematian. Infeksi yang berat dapat menyebabkan penderita masuk dalam keadaan sepsis ataupun syok sepsis, dimana nfeksi yang terjadi dapat menurunkan perfusi di jaringan dan kegagalan beberapa organ tubuh.

Penanganan

Saat terjadi infeksi bakteri, informasi lengkap terkait gejala da faktor resiko harus digali untuk membantu menegakkan diagnosis dan penyebab infeksi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengenali beberapa tanda dan perubahan fisik pada tubuh penderita. Kebanyakan infeksi bakteri memerlukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui bakteri penyebab, tingkat keparahan, dan rencana terapi yang akan diberikan. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

  • Kultur bakteri, untuk mendeteksi keberadaan bakteri pada sampel darah, urine, dahak, atau tinja
  • Tes pewarnaan gram, untuk mengetahui jenis bakteri yang menginfeksi pada darah, urine, atau dahak
  • Foto Rontgen, MRI, atau CT scan, untuk mendeteksi adanya jaringan abnormal dan kumpulan nanah (abses) pada organ dalam tubuh
  • Biopsi, untuk mendeteksi kondisi selain infeksi yang mungkin diderita pasien dengan memeriksa sampel jaringan pada organ yang terinfeksi

Setelah diagnosis ditenggakan penanganan infeksi bakteri yang komperensif dapat dilakukan untuk mencegah perburukan dan infeksi berulang. Pilihan utama untuk pengobatan infeksi bakteri adalah antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic sebaiknya didasarkan oleh bakteri penyebab infeksi. Ada tiga hal yang dilihat untuk mempertimbangkan pemberian antibiotik:

  • Berdasarkan sifat : bakterisidal (membunuh bakteri) atau bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri);
  • Berdasarkan struktur kimianya
  • Berdasarkan situs targetnya.

Beberapa jenis antibiotik yang dapat diberikan adalah:

  • Penisilin, seperti amoxicillin dan ampicillin
  • Sefalosporin, seperti cefadroxil dan cefotamine
  • Aminoglikosida, seperti gentamycin dan streptomycin
  • Tetrasiklin, seperti doxycycline dan minocycline
  • Makrolid, seperti erythromycin dan azithromycin
  •  Quinolone, seperti ciprofloxacin dan levofloxacin
  • Lincosamide, seperti lincomycin dan clindamycin

Penggunaan antibiotik secara bijaksana merupakan komponen penting dalam upaya memerangi masalah resistensi antibiotik. Antibiotik sebaiknya digunakan sesuai indikasi, jenis kuman, dosis dan rentang waktu yang tepat. Jenis bakteri yang sudah diketahui melalui kultur kuman sebaikya diobati menggunakan antibiotik yang tepat, bukan lagi antibiotic spectrum luas.

Pencegahan infeksi bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan 7 langkah, terutama sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, serta seusai menggunakan toilet
  • Tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
  • Menjalani vaksinasi sesuai anjuran dokter
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar
  • Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan memakai kondom dan tidak berganti pasangan
  • Tidak berbagi barang pribadi, seperti handuk atau baju
  • Tidak berpergian ketika sedang sakit
  • Mengolah daging atau makanan sampai benar-benar matang
Referensi
Doron S. 2008. Bacterial Infections: Overview. Boston, USA: Elsevier. Inc
Aljamali,dkk. 2021. Bacterial Infection and Common Bacterial Diseases: A Review. Babylon,Iraq: URL: http://www.matjournals.com/
Boyles TH. 2015. Diagnosis of bacterial infection. South Africa : URL : https://www.researchgate.net/publication/276158244_Diagnosis_of_bacterial_infection


Kembali
Charitas Mobile Care